Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2020

Malam rindu

Esok pagi kita kan bertemu Seperti biasa melihat matahari bercumbu langit biru Menawan hati setiap penikmat pilu Seperti kita setelah malam yang kelam dan penuh rindu Menghardik setiap pemuja cinta Pada kasih kita bersama Menuai rasa yang ku ukir di mekar bunga-bunga Merawatnya dengan peluk dan megahnya rasa Diruang sepi kita kan bertemu Diberanda rasa kita mengadu rindu Nikmati pilu Rasakan rindu Haraplah temu Haraplah temu Haraplah temu

Burung malang

Burung-burung itu hanya hinggap Tak sempat menanam harap Bahkan tak sempat membuat sarang untuk sekedar memeluk hangat Terbang dengan kemolekan dan keindahan yang menggoda setiap pejalan Kaki kaki yang berpijak di tanah gersang Kegelisahan menyeruak bagai amarah yang tak pernah sampai Tidak menjauh namun berkutat melingkar Burung burung itu terus menggores luka dalam batin Sengaja menari namun tak akan dapat dimiliki Burung itu ada, burung itu nyata, burung itu memeberi isyarat untuk di tangkap Namun tak akan dapat Dan hampa akan datang sebagai teman kepedihan Munanda Okki S, Sukoharjo 20 Maret 2020

Pagi di kota sepi

Suara mesin produksi telah menjerit-jerit Bos bos besar sedang sarapan bersama keluarga Sedang para pekerja memulai hari sejak pagi buta Mengayuh sepeda tua atau berjalan menyusuri kesepian Hening Apalagi sarapan, bahkan menikmati pagi pun tak sempat Berjalan bagai roda gerigi yang terus berputar Seimbang Tak boleh goyah apalagi menjelma lemah Mengusap hari demi hari tanpa henti Lalu diperas habis oleh tuan tuan bermodal Berkacamata hitam Jas dan dasi yang rapi Bagai hendak memberi pangan seisi bumi Mereka membawa cambuk gaji yang tak seberapa Hutang beras Hutang kontrakan Bayar sekolah dan kesehatan Semua menjadi racikan hidup yang sempurna Setidaknya masih ada harap untuk melihat cahaya gemerlap Yang tak semestinya Berdiri tegak diatas kerapuhan

Jalan juang

                              Jalan Juang Jalan jalan mulai sunyi Ditinggalkan para pejuang Yang mulai terisak oleh kegagalan "Harap itu hanya khayalan" Mulai menggoyahkan keyakinan Setiap bara hanya akan menyisakan lara Cacian dan hinaan lalu lalang Harap yang tak lagi beratap Kata-kata itu hanya mengepul diudara Sebagai tanda kepuasan bercengkrama Menuntut keadilan seperti mengharap surga di tengah pendosa Wajah tak lagi bisa di lihat Mata tak lagi melihat Telinga tak lagi mendengar Mulut tak lagi berkata Udara udara busuk terus menyiksa sebagai tanda Bahwa dunia berada dikaki penguasa Menjadi warna atau memilih berbeda Menjelma hitam dalam gelap Atau sebagai putih dalam cahaya